Selasa, 30 Juni 2015

Suasana Peresmian Pondok Daun Ubi (PDU) & Laporan Pimpinan

Saung Diatas Kolam Ikan Pondok Daun Ubi (PDU)

Wakil Bupati, Asisten, Anggota DDRD & Pimpinan SKPD Kab. Sumba Barat menikmati Menu Spesial PDU


Bapak Wakil Bupati bersama Pimpinan PDU setelah membuka Tabir peresmian PDU

YAYASAN SOSIAL, PENDIDIKAN DAN DAKWAH “AL HIKMAH”
CABANG SUMBA BARAT
PONDOK PESANTREN BAITUL HIKMAH
Alamat : Jalan Pemuda No. 8, Telp. (0387)  21323 Waikabubak 87212
 

LAPORAN PONDOK DAUN UBI
  1. Pondok Daun Ubi adalah sebuah karya baru warga Pondok Pesantren Baitul Hikmah Waikabubak bersama seluruh donatur dan simpatisan yang selama ini merasa perlu perjuangan tambahan untuk keberlangsungan kehidupan Pondok Pesantren Baitul Hikmah.
  1. Daun Ubi menjadi pilihan nama Pondok ini, karena :
a.       Daun Ubi adalah makanan khas ata Suba, tu Sumba ato orang Sumba, sekaligus sebagai ciri khas bahwa pondok ini adalah tempat makan untuk umum
b.      Daun ubi (tumbuk) akan menjadi makanan service untuk setiap tamu yang berkunjung.
c.       Daun Ubi merupakan makanan bersejarah bagi saya, keluarga dan orang Sumba pada umumnya, apalagi yang jumlah anggota keluarganya banyak, dipilih karena ekonomis dan menyehatkan
  1. Pondok dipilih sebagai nama jenis bangunan ini, karena kesederhanaan dan asal mulanya dari Pondok Pesantren, yang juga berdampingan dengan pondok-pondok yang lain. Sengaja tidak menggunakan istilah Restaurant, karena kami masih merasa jauh dari kesempurnaan.
  1. Hari ini, bertepatan dengan Harkitnas 20 Mei 2015 M atau 1 Sya’ban 1436 H dipilih untuk melaunching Pondok ini semoga barokah, manfaat dan bersejarah.
  1. Dengan hormat kami memohon kesediaan bapak Wakil Bupati Sumba Barat untuk memberikan arahan sekaligus meresmikan Pondok Daun ubi ini ditandai dengan pembukaan tabir papan nama. Terima kasih.


Waikabubak,  20  Mei  2015

Pimpinan,




H. PUA MONTO UMBU NAY




Senin, 29 Juni 2015

Kenalkan, Ini Rayyen Santri Imut Asal Pondok Pesantren Baitul Hikmah Waikabubak Dalam Ajang MQK Jambi 2014

Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) tingkat Nasional ke V digelar di Jambi. 1.800 Santri dari pesantren se-Indonesia tumpah jadi satu di Pesantren As'ad, Ola Kemang, Danau Teluk yang kali ini menjadi tuan rumah.
Ada yang menarik dari ribuan peserta yang mengikuti lomba membaca kitab kuning itu. Rayen Warid BSA namanya. Dia merupakan salah satu peserta termuda yang ikut dalam ajang ini. Siswa kelas 4 SD yang sudah tinggal di Pondok Pesantren Baitul Hikmah Waikabubak ini terlihat sangat pencaya diri. Langkahnya pasti dan selalu membuat peserta lainnya gemas.
Bocah yang memiliki wajah imut ini mengaku senang bisa mengikuti lomba tingkat nasional. Bahkan dia tidak merasa takut ataupun grogi sediki pun.
"Senang ikut lomba. Tidak takut, soalnya kan sudah berdoa dulu sebelum maju," katanya sambil membetulkan peci hitam di kepalanya.
Di MQK ini, Rayen mengikuti lomba membaca kitab kuning tingkat awal atau Ula dengan kitab yang dilombakan Matan Jurmiyah. Dia sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti ajang ini selama 6 bulan.
"Dari kelas dua SD sudah belajar kitab kuning, terus pas mau ikut lomba dilatih lagi sama Pak Ustadz," ucap anak ke-2 dari 4 bersaudara ini.
Zainal Arifin, guru pembina Rayen mengatakan alasan pesantren mengirim Rayen mengikuti lomba karena bakat dan kemampuan yang menonjol dari santri-santri lain.
"Saya lihat bukan karena kecilnya tapi kemampuan. Kita ada seleksi, kita lihat kemampuan dan mentalnya, akhirnya dia kita ikutkan lomba," jelas Zainal.
Zainal yang mengajar di Pondok Pesantren Baitul Hikmah Sumba Barat, NTT itu mengatakan kemampuan membaca Alquran Rayen sudah baik dan melebihi kemampuan siswa seusianya.
"Meski kecil, tapi kemampuan ngajinya sama kayak Aliyah (SMA)," jelas Zainal.
Zainal Arifin (28) yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat ini mengungkapkan, pesantren tempatnya mengajar adalah satu-satunya di NTT yang mengajarkan kitab kuning. Sehingga Pemerintah menunjuk langsung Ponpes tersebut untuk mewakili NTT mengikuti lomba tingkat nasional.
NTT sendiri hanya mengirimkan 17 santrinya, jumlah ini relatif sedikit jika dibandingkan dengan provinsi lain yang bisa mengirimkan hingga 40 perwakilannya.

Peresmian Pondok Daun Ubi (PDU)

Pada tanggal 20 Mei diresmikanya salah satu badan usaha milik pesantren rumah makan Pondok Daun Ubi yang di singkat PDU yang  diresmikan oleh Bapak Wakil Bupati Sumba Barat. PDU menyajikan masakan Nusantara Khas Sumba dengan menu spesial Daun Ubi Tumbuk yang telah menjadi masakan khas masyarakat Sumba sebagai service food. Kehadiran Pondok Daun Ubi di tengah masyarakat Sumba sebagai salah satu upaya untuk terus mempertahankan warisan leluhur berupa masakan khas Tradisional. Pondok Daun Ubi (PDU) terletak di bawah kampung Jaga Ngara - Waekarou, bersampingan dengan Pondok Pesantren Baitul Hikmah Putra. PDU mulai beroperasi pada tanggal 22 Mei dua hari setelah diresmikanya dan dibuka setiap hari kecuali pada hari jumat.

Kamis, 04 Juni 2015

MQK JAMBI 2014

Kontingen Nusa Tenggara Timur Perwakilan Ponpest Baitul Hikmah Waikabubak, dalam MQK Tingkat Nasional Jambi 2014,

Minggu, 31 Maret 2013

Kenangan Sang Guru



(Kisah Ahsin dan Sang Kyai yang Selalu Berujar Rapeeeet Lempeng)



Pada Ramadlan 1405 H atau Mei 1985 M, ketika pertama kali menginjakkan kaki di Babakan Ciwaringin Cirebon saya yang kala itu datang bersama KH.Abdul Aziz seorang Kyai dari Cidulang Cikijing dan Bapak D. Badruddin ayah angkat saya, langsung sowan alias kulo nuwun ke kediaman pengasuh yang tidak lain adalah Al Mukarrom.  Kami disambut dan disuguhi mamiri (makan minum ringan) oleh seorang Bapak bersarung merah hati dengan kemeja lengan panjang kancing tangan plus berkopiah hitam.

Setelah selesai melayani kami, orang itu lalu duduk di hadapan kami. Saya bertanya-tanya dalam hati; mana kyainya, kok belum keluar juga? Maklum, saya yang datang dari daerah minoritas muslim mengenal figur Kyai sejak di bangku SD, seperti gambar-gambar pahlawan nasional, misalnya Diponegoro, Imam Bonjol, Tengku Umar dan lain lain. Sehingga batin saya sudah membayangkan akan keluar menjumpai kami seorang Kyai dengan lilitan sorban di kepala dan dagu yang berjenggot.