Senin, 29 Juni 2015

Kenalkan, Ini Rayyen Santri Imut Asal Pondok Pesantren Baitul Hikmah Waikabubak Dalam Ajang MQK Jambi 2014

Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) tingkat Nasional ke V digelar di Jambi. 1.800 Santri dari pesantren se-Indonesia tumpah jadi satu di Pesantren As'ad, Ola Kemang, Danau Teluk yang kali ini menjadi tuan rumah.
Ada yang menarik dari ribuan peserta yang mengikuti lomba membaca kitab kuning itu. Rayen Warid BSA namanya. Dia merupakan salah satu peserta termuda yang ikut dalam ajang ini. Siswa kelas 4 SD yang sudah tinggal di Pondok Pesantren Baitul Hikmah Waikabubak ini terlihat sangat pencaya diri. Langkahnya pasti dan selalu membuat peserta lainnya gemas.
Bocah yang memiliki wajah imut ini mengaku senang bisa mengikuti lomba tingkat nasional. Bahkan dia tidak merasa takut ataupun grogi sediki pun.
"Senang ikut lomba. Tidak takut, soalnya kan sudah berdoa dulu sebelum maju," katanya sambil membetulkan peci hitam di kepalanya.
Di MQK ini, Rayen mengikuti lomba membaca kitab kuning tingkat awal atau Ula dengan kitab yang dilombakan Matan Jurmiyah. Dia sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti ajang ini selama 6 bulan.
"Dari kelas dua SD sudah belajar kitab kuning, terus pas mau ikut lomba dilatih lagi sama Pak Ustadz," ucap anak ke-2 dari 4 bersaudara ini.
Zainal Arifin, guru pembina Rayen mengatakan alasan pesantren mengirim Rayen mengikuti lomba karena bakat dan kemampuan yang menonjol dari santri-santri lain.
"Saya lihat bukan karena kecilnya tapi kemampuan. Kita ada seleksi, kita lihat kemampuan dan mentalnya, akhirnya dia kita ikutkan lomba," jelas Zainal.
Zainal yang mengajar di Pondok Pesantren Baitul Hikmah Sumba Barat, NTT itu mengatakan kemampuan membaca Alquran Rayen sudah baik dan melebihi kemampuan siswa seusianya.
"Meski kecil, tapi kemampuan ngajinya sama kayak Aliyah (SMA)," jelas Zainal.
Zainal Arifin (28) yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat ini mengungkapkan, pesantren tempatnya mengajar adalah satu-satunya di NTT yang mengajarkan kitab kuning. Sehingga Pemerintah menunjuk langsung Ponpes tersebut untuk mewakili NTT mengikuti lomba tingkat nasional.
NTT sendiri hanya mengirimkan 17 santrinya, jumlah ini relatif sedikit jika dibandingkan dengan provinsi lain yang bisa mengirimkan hingga 40 perwakilannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar